Islam menganjurkan pertukaran kebudayaan
Setelah faktor Islam melarang mengabaikan soal keduniaan, faktor terakhir yang menimbulkan kebudayaan Islam adalah Islam menganjurkan pertukaran kebudayaan. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki beraneka ragam kebudayaan, mulai dari Sabang sampai Merauke masing-masing memiliki ciri khas kebudayaan. Seringkali dalam berbagai kegiatan kenegaraan diadakan pertukaran budaya antar suku atau antar provinsi.
Secara otomatis bangsa Indonesia telah melaksanakan anjuran Islam yang memang sangat bagus untuk persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Dengan bertukar kebudayaan, masing-masing suku bangsa akan mengenal budaya sebangsa dan setanah airnya.
Dalam Al Quran Surat Al Hujurat ayat 13 menyatakan sebagai berikut:
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dengan adanya kenal-mengenal antar satu suku dengan suku yang lain dan antara satu bangsa dengan bangsa yang lain, maka akan terjalinlah hubungan antar suku dan antar bangsa, yang kemudian akan melahirkan kontak sesamanya dalam bermacam-macam hal, seperti: ekonomi, politik, pengetahuan, dan sebagainya.
Dengan perkataan lain akan terjadilah tukar-menukar kebudayaan (akulturasi) antar suku bangsa dan antar bangsa-bangsa di dunia.
Ibadah haji yang merupakan salah satu dari Rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh orang-orang Islam yang mampu, selain merupakan suatu ibadah, juga mengandung hikmah yang besar sekali bagi terjadinya akulturasi itu. Ibadah haji dilakukan oleh orang-orang Islam dari bermacam-macam bangsa dan suku bangsa dan dari berbagai pelosok dunia.
Haji merupakan sarana bagi suku bangsa di dunia untuk saling bertukar kebudayaan.
Dengan bertemunya mereka dalam arena ibadah haji itu, kesempatan yang baik dapat mereka manfaatkan untuk saling bertukar informasi tentang keadaan masing-masing suku bangsa serta dapat dimanfaatkan untuk mengikat tali hubungan persahabatan di antara mereka.
Mengenai sumber (external sources) yang mengambil bagian dalam terwujudnya kebudayaan Islam, sebenarnya hanyalah akibat atau cara pelaksanaan dari sumber pertama (internal sources) tadi. Dalam pembangunan dan pembentukan kebudayaan Islam ini bermacam-macam kebudayaan tua telah mengambil bagian. Kebudayaan-kebudayaan tua tersebut dipelajari, diteliti dan dipertimbangkan sebaik-baiknya, kemudian mana yang lebih baik diteruskan, disempurnakan dan dikembangkan. Seterusnya mana yang belum ada tetapi sangat penting untuk diwujudkan, lalu diadakan dan merupakan cipta budaya yang baru, begitulah selanjutnya.
Dengan demikian, Islam bukan saja mengambil kebudayaan-kebudayaan tua itu tetapi adalah juga menyelamatkan kebudayaan-kebudayaan tua itu tetapi adalah juga menyelamatkan kuno itu daripada kemusnahannya. Lebih jauh dari itu, Islamlah yang mengenalkan kebudayaan-kebudayaan tua tersebut kepada bangsa Eropa.
Adapun kebudayaan-kebudayaan tua yang dimaksud adalah: Yunani, Parsi, India, Keldani (Mesopotamia) dan Mesir. Kebudayaan-kebudayaan itulah yang disebut sebagai external sources atau sumber luar bagi terbentuknya kebudayaan Islam.
Islam menganjurkan pertukaran kebudayaan merupakan faktor terakhir dari 6 faktor yang menimbulkan kebudayaan Islam. Semoga dengan ini akan membantu anda dalam mempelajari lebih jauh mengenai kebudayaan dalam agama Islam.