Pendidikan Akhlak Adalah Keteladanan Bukan Teoritis
Sebelum membahas tentang pengertian pendidikan akhlak, yuk kita simak dulu apa itu pengertian pendidikan sebagaimana disampaikan oleh Bekti Hermawan, Soegarda Poerbakawatja dan Ahmad D. Marimba: Menurut Bekti Hermawan dalam buku Matematika Akhlak: Pendidikan adalah suatu ikhtiar atau upaya dari pendidik untuk “mengeluarkan” sisi-sisi positif (akhlak mulia) dan “memendam” sisi-sisi negatif (akhlak buruk) dari peserta didik. Pendidikan memiliki makna yang jauh berbeda dengan Pengajaran.
Menurut Soegarda Poerbakawatja dalam ensiklopedi pendidikan: Pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta ketrampilannya (orang menamakan ini juga “mengalihkan” kebudayaan) kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah”
Menurut Ahmad D. Marimba: “Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha secara sadar untuk mengarahkan dan membimbing anak dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya baik jasmani maupun rohani sehingga mencapai kedewasaan yang akan menimbulkan perilaku utama dan kepribadian yang baik.
Adapun pengertian akhlak dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Kata akhlak walaupun diambil dari bahasa Arab (yang biasa diartikan tabiat, perangai, kebiasaan,) namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam Al-Quran, yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu khuluq yang tercantum dalam Al-Quran surat Al-Qalam ayat 4 sebagai konsideran pengangkatan Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul.
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) berbudi pekerti yang agung”. (QS. Al-Qalam : 4) [5]
Tujuan Pendidikan Akhlak
Tujuan utama dari pendidikan Islam ialah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral bukan hanya sekedar memenuhi otak murid-murid dengan ilmu pengetahuan tetapi tujuannya ialah mendidik akhlak dengan memperhatikan segi-segi kesehatan, pendidikan fisik dan mental, perasaan dan praktek serta mempersiapkan anak-anak menjadi anggota masyarakat.
Adapun tujuan pendidikan akhlak secara umum yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
Tujuan pendidikan akhlak menurut Omar Muhammad Al Thoumy Al- Syaibani
“Tujuan tertinggi agama dan akhlak ialah menciptakan kebahagiaan dua kampung (dunia dan akherat), kesempurnaan jiwa bagi individu, dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat”. Pada dasarnya apa yang akan dicapai dalam pendidikan akhlak tidak berbeda dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri.
Tujuan pendidikan akhlak menurut M. Athiyah al Abrasyi
“Tujuan pendidikan budi pekerti adalah membentuk manusia yang berakhlak (baik laki-laki maupun wanita) agar mempunyai kehendak yang kuat, perbuatan-perbuatan yang baik, meresapkan fadhilah (kedalam jiwanya) dengan meresapkan cinta kepada fadhilah (kedalam jiwanya) dengan perasaan cinta kepada fadhilah dan menjauhi kekejian (dengan keyakinan bahwa perbuatan itu benar-benar keji).
Tujuan pendidikan akhlak menurut Mahmud Yunus
“Tujuan pendidikan akhlak adalah membentuk putra-putri yang berakhlak mulia, berbudi luhur, bercita-cita tinggi, berkemauan keras, beradab, sopan santun, baik tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur dalam segala perbuatannya, suci murni hatinya”.
Tujuan di atas selaras dengan tujuan pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/Th. 2003, bab II, Pasal 3 dinyatakan bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tersebut mengisyaratkan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan adalah sebagai usaha mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu pendidikan dan martabat manusia baik secara jasmaniah maupun rohaniah.
Islamic Science Mathematics Institute (ISMI) yang didirikan di Malang oleh IR Bekti Hermawan adalah salah satu lembaga pendidikan akhlak dengan menggunakan pendekatan sains dan matematika.
Jika diperhatikan dari pendapat para pendidik, dapat ditarik benang merahnya bahwa mendidik akhlak itu membutuhkan KETELADANAN, praktek akhlak dan tidak bisa diajarkan secara teoritis di kelas-kelas tertutup. Mengingat tingkat kelutian dalam pendidikan akhlak, IR Bekti Hermawan berpendapat bahwa:
“Pendidikan akhlak harus konkret, tidak abstrak. Oleh sebab itu pendidikan akhlak memerlukan keteladan di dalam maupun di luar kelas. Pendidikan akhlak bertujuan membina sebuah generasi Islam yang cerdas dan hanya takut kepada Allah SWT. Yaitu sebuah generasi yang disebut sebagai ULUL ALBAB.”
Melalui ISMI, Bekti Hermawan meramu sebuah pendidikan akhlak melalui pendekatan sains dan matematika. Metode ini disebutnya Matematika Akhlak. Dan pembelajaran akhlak menjadi sangat “hidup”, konkret dan penuh keteladanan tanpa harus meninggalkan prestasi pelajaran di sekolah.