Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penjelasan syirik dalam Pendidikan Islam

Syirik atau musrik adalah menyekutukan Allah SWT, dengan sesuatu yang dianggap Tuhan. Pelakunya disebut musyrik. Materi dakwah Nabi Muhammad saw pada fase pertama ialah meng-esakan Allah, dari perbuatan syirik. Maka jelaslah bahwa syirik adalah lawan tauhid.

Manusia yang tidak bertauhid akan terjatuh kepada syirik serta pengaruh-pengaruhnya. Manusia musyrik akan jatuh pada dua keadaan: dia akan mempertuhankan dirinya sebagai Fir'aun yang selalu haus akan kekuasaan, berbuat lalim dan angkara murka terhadap sesamanya. Atau dia akan memperhambakan dirinya kepada selain Allah, menjadi budak atau diperbudak oleh manusia lainnya, oleh harta benda, atau hawa nafsu.

Seperti firman Allah dalam Surat Ali Imran 64 yang berbunyi sebagai berikut:
"Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (Q.S. Ali Imran 64)

Firman Allah lainnya mengenai syirik:
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (Q.S. Al-Furqaan 43)

Adapun kejelekan mempertuhankan hawa nafsu dan mempertuhankan manusia adalah sebagai berikut:
  1. Timbulnya penghisapan manusia oleh manusia (exploitation d'el home par'i home), dan penjajahan.
  2. Kebahagiaan hidup akan hilang baik bagi orang kaya, miskin, orang berpangkat, orang 'alim, orang bodoh dan sebagainya.
  3. Timbulnya kemaksiatan dan kemungkinan berupa perzinaan, perjudian, ketidak adilan, minum minuman yang memabukkan dan sebagainya.
Apabila jiwa seseorang telah bersih dari perbuatan syirik, dan apabila tauhid telah tertanam ketat dalam jiwanya, maka akan terbebaslah dirinya dari segala ikatan-ikatan dan tekanan-tekanan perhambaan, perbudaan dan penjajahan, baik oleh sesama manusia maupun oleh harta benda dan hawa nafsunya.

Jiwa kemanusiaannya akan bebas untuk meningkat kepada derajat tinggi, mencapai kedudukannya yang mulia di sisi Allah. Dia hanyalah menghambakan diri kepada Allah semata. Segala yang selain Allah adalah hamba dan makhluk. Perhubungannya dengan Allah langsung, tidak terhalang oleh perantaraan pendeta, dukun peramal atau kabin.

Tauhid membebaskan muslim dari perbudakan dan penjajahan oleh orang lain, sebagaimana tidak akan mengizinkan dirinya untuk memperbudak dan menjajah orang lain. Karena setiap perbudakan dan penjajahan itu pada hakikatnya sama dengan mensyarikatkan Allah. Dia tidak akan menjadikan guru dan pemimpinnya sebagai Tuhan, sehingga jiwanya tidak beku dan bebas dari kultus pimpinan.

Seperti tersurat dalam firman Allah Surat Al-Jin ayat 20-22, yang berbunyi sebagai berikut:
20. Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya".
21. Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak Kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatanpun kepadamu dan tidak (pula) suatu kemanfaatan".
22. Katakanlah: "Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali aku tiada akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nya". (Q.S. Al-Jin ayat 20-22)

Tauhid

Juga perasaan takut akan jatuh fakir miskin merupakan bisikan syaitan yang dapat menimbulkan pelbagai kejahatan dan kecurangan. Karena takut jatuh miskin orang sanggup berbuat apa saja, asal menguntungkan dirinya, seperti korupsi, menerima uang suap, berbuat tidak jujur, cinta kepada dunia.

Maka tauhid membebaskan manusia dari perbudakan oleh harta benda dunia. Karena Allah sendirilah yang menanggung dan memberi rizki sekalian makhluk-Nya. Dibebaskannya dirinya dari cinta keduniawian dengan memberikan kesadaran bahwa hanya Allah yang berhak dicintai dan disembah, bahwa dunia ini bukanlah tujuan, melainkan tempat berjuang dan beramal dan segala harta benda dan kemewahan duniawi ini merupakan tipuan yang menyesatkan, apabila mendapatkannya bukan dengan cara yang halal dan membelanjakannya bukan untuk pengabdian kepada Allah dan perjuangan dijalan-Nya.

Seperti dikatakan dalam firman Allah pada Surat Ar'd ayat 26 yang berbunyi sebagai berikut:
Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, Padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (Q.s Ar'd Ar'd 26)

Jika tauhid meningkatkan manusia kepada derajat insan kamil, maka syirik menjatuhkan manusia kepada tingkatan yang serendah-rendahnya yang lebih rendah daripada binatang. Segala keoranaran, kejahatan dan kemaksiatan yang terjadi di muka bumi ini, apabila diselidiki secara mendalam, pokok pangkalnya berasal dari syirik. Oleh karena itulah syirik merupakan sebesar-besarnya dosa.

Seperti yang tercermin dalam firman Allah dalam Surat Luqman ayat 13, yang berbunyi sebagai berikut:

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Q.S. Luqman 13)

Tauhid menyadarkan manusia dari jabatan dan kedudukannya. Hanya Allahlah yang dapat memuliakan dan merendahkan seseorang. Orang yang paling mulia di sisi Allah hanyalah yang paling taqwa. Segala pangkat dan jabatan apabila tidak berlandaskan taqwa hanyalah merupakan tipuan.

Seperti tersirat dalam firman Allah pada Surat Ali Imron ayat 26, yang berbunyi sebagai berikut:

Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Ali Imran 26)

Persoalan pokok dalam syirik adalah tentang adanya syariik, andaad (teman) bagi Allah. Syariik dan andaad ini harus dilenyapkan dari jiwa mukmin yang bertauhid, sebab Allah sangat membenci kepada orang yang menserikatkan kepada-Nya, dan bahkan dia tidak akan mengampuni dosa syirik tersebut.

Seperti dalam firman Allah dalam Surat An-Nisaa ayat 46, yang berbunyi sebagai berikut:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (Q.S. An-Nisaa 48)

Allah menegaskan dalam surat Al-Ikhlas yang berbunyi:
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Maha Suci Allah dari apa yang mereka (kaum musyrik) sekutukan, baik syirik atau andaad terang-terangan misalnya menyembah berhala, batu, kayu, binatang dan sebagainya. Ini disebut syirik Jali, maupun berdo'a (meminta sesuatu) ke kuburan-kuburan yang dianggap keramat, percaya pada kekuatan gaib, atau mengadakan sajian-sajian tertentu kepada makhluk tertentu (syirik khofy), atau ria dan takabur (syirik akhofu) dan sebagainya. Syirik khofy dan syirik akhofu ini tidak terlihat, bagaikan melihat semut hitam di malam gelap.

Seperti dalam firman Allah dalam Surat Yunus ayat 106, yang berbunyi sebagai berikut:

Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau begitu Termasuk orang-orang yang zalim". (Q.S. Yunus 106)

4 macam syirik

Secara garis besar, syirik itu ada empat macam, yaitu sebagai berikut:
  1. Menyembah kepada selaian Allah, seperti menyembah berhala, batu, kayu, binatang, kuburan, benda-benda langit, kekuatan alam, atau kepada manusia yang dianggap sebagai Tuhan, atau mempunyai kepercayaan bahwa Tuhan bertempat dalam diri seseorang (manusia) atau menganggap Tuhan mempunyai anak.
  2. Mempercayai bahwa beberapa makhluk Tuhan mempunyai sifat-sifat Tuhan, seperti kepercayaan trinitas (tri tunggal hakikat Tuhan) atau menetapkan wajibul wujud kepada makhluk.
  3. Mempertaruhkan sebahagian manusia atas sebahagiannya, seperti mempertuhankan pendeta, kepala-kepala agama, atau pemimpin, dengan memberikan wewenang kepada mereka untuk menetapkan halal dan haram dan menganggap perkataan mereka sama dengan firman Tuhan.
  4. Mempertuhankan hawa nafsunya dengan menuruti segala bisikan hawa nafsunya, dan hukum-hukum Tuhan dikalahkan oleh hukum yang berdasarkan hawa nafsu.
Oleh karena ini, jagalah diri kita, keluarga kita dan seluruh kaum muslimin dari kemungkinan melakukan dosa syirik, karena syirik itu merusak keimanan dan tidak diampuni Allah seandainya kita tidak bertaubat.

Demikian ulasan panjang lebar mengenai Penjelasan syirik dalam Pendidikan Islam, semoga kita tidak terjerumus dalam hidup di dunia dan akhirat.
Supriyadi Pro
Supriyadi Pro Admin (Supriyadi Pro) adalah Pengembang Website berbasis WordPress, content writer, editor, dan owner di Prya Design. Memiliki minat besar pada dunia teknologi, sains, seni budaya, social media, dan blogging.Silahkan hubungi saya lewat laman yang telah disediakan.